-->

Senin, 08 Mei 2017

Kasihan, Derita Bocah Asal Mojokerto yang Terinfeksi Stevens Jhonson Syndrome (SJS)

MOJOKERTO - Malang nasib Aira Azara Latifa, asal Dusun Kedungwulang, Desa Bejijong, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur. Sudah hampir 2 pekan ini, bocah berusia 2,5 tahun ini hanya bisa terbaring di ranjang Bangsal Kencana Wungu, Nomor 9, RSUD Wahidin Sudirohusodo, Kota Mojokerto.

Hampir setiap menit, rintih kesakitan keluar dari bibirnya yang mungil itu. Bagaimana tidak, penyakit langka itu, nyaris membuat sekujur tubuh anak pasangan Cipto Wiyadi (37), dan Sulami (36), melepuh. Mirip seperti luka akibat terbakar api.

"Kata dokter, anak saya terkena gejala penyakit Stevens Jhonson Syndrome (SJS) atau alergi antibiotik. Seluruh tubuhnya jadi melepuh seperti terbakar api. Seperti ini kondisinya," kata Cipto saat ditemui Okezone di RSUD Wahidin Sudirohusodo, Senin 08 Mei2017 sore.

Sembari menempelkan alat uap ditubuh anaknya, perlahan Cipto mulai menuturkan ihkwal penyakit langka yang menimpa buah hatinya itu. Musibah itu bermula pada Jumat 28 April 2017. Ketika itu, Aira mengalami demam yang cukup tinggi disertai dengan penyakit batuk dan pilek.

"Awalnya panas, batuk pilek, terus saya bawa berobat ke rumah sakit di Mojoagung (Kabupaten Jombang). Tapi tidak sembuh-sembuh. Saya khawatir terkena step, akhirnya saya bawa ke rumah sakit spesialis anak," terang Cipto yang bekerja serabutan ini.

Kendati sudah empat hari menjalani perawatan di rumah sakit spesialis anak, namun kondisi Aira tak kunjung membaik. Hingga akhirnya, pihak dokter memutuskan untuk merujuk Aira ke RSUD Wahidin Sudirohusodo untuk mendapatkan perawatan yang lebih intensif.

"Baru beberapa jam disini, langsung infeksinya itu keluar semua. Awalnya hanya di atas bibir, selang beberapa jam sudah merambat keseluruh tubuh. Bahkan waktu itu, sudah sempat tidak bisa melihat anak saya. Untungnya langsung ditangani dengan cepat, sehingga sudah mulai normal," ungkap Cipto.

Saat ini, kondisi Aira sudah sedikit membaik. Beberapa film kartun terkadang membuatnya bisa sedikit melupakan rasa sakit itu. Kendati, bocah berparas ayu ini acap kali masih terus mengeluhkan rasa perih di tubuhnya.

"Sekarang sudah mulai membaik. Matanya sudah bisa melihat lagi. Anak saya juga sudah bisa makan minum. Tapi kalau merintih sakit masih terus. Soalnya memang seluruh tubuhnya melepuh," paparnya.

Kendati kondisi Aira sudah membaik, namun Cipto kini tengah dibuat bingung. Ia meski pontang-panting mencari pinjaman uang untuk membayar ongkos biaya perawatan, jika putrinya keluar dari rumah sakit nanti.

"Kami menggunakan jalur reguler. Saya sudah terdaftar BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Kesehatan), tapi anak saya belum masuk. Sehingga kami membayar sendiri," jelasnya.

Cipto berharap, ada pihak yang bersedia membantu dirinya untuk mencukupi kebutuhan biaya pengobatan anaknya itu. Meskipun dirinya sendiri belum mengetehui seberapa besar uang yang harus dibayarnya kepada pihak rumahsakit pelat merah milik Pemerintah Kota Mojokerto ini.

Sebenarnya, lanjut Cipto, Pemkab Mojokerto melalui ajudan bupati sudah meminta perangkat desa untuk mengurus Surat Keterangan Miskin (SKM) dari Dinas Kesehatan. Sehingga, seluruh biaya perawatan Aira bisa ditanggung Pemkab Mojokerto.

"Namun, SKM tersebut terpaksa tidak saya gunakan. Karena katanya perawat disini kalau menggunakan SKM anak saya harus turun kelas 3. Kalau turun kelas, perawatannya juga tidak maksimal. Anak saya harus bergabung dengan pasien lain, padahal penyakitnya ini rentan," tandasnya.


EmoticonEmoticon